Sabtu, 12 Februari 2011

Pamit Untuk Tak Kembali

Ketika aku hendak menamatkan kuliahku, 1 tahun lagi paling tidak,
aku merasa putus asa yang amat sangat.
Bagaimana tidak, aku sakit.

Gejala awal hanyalah sakit kepala biasa-aku pikir begitu- minum obat pun sembuh. Kemudian mulai menyerang bagian belakang kepalaku, rasanya sakit minta ampun. Lalu, sekali waktu aku pernah muntah dan kejang, kala itu aku mulai merasa aneh. Rambutku rontok, dan itu bukan karena aku ganti-ganti merk shampoo.

Pergilah aku ke dokter, ku minta ibu menemaniku. Ternyata hasilnya positif.
Aku mengidap tumor otak stadium 3. Ibuku menangis, aku pun menangis.
Saran terbaik dari dokter adalah operasi, karena umurku tak lebih dari 5 bulan lagi. Tapi untuk apalah, toh akhirnya aku juga akan mati.


Disini aku mulai putus asa, marah pada diri sendiri, dan sempat menutup diri.
Aku memutuskan pacarku, dengan alasan yang kurang masuk akal, aku tak ingin dia sedih atau kasihan padaku. Aku frustasi, ingin rasanya mati lebih cepat saja. Aku mulai merasa jenuh, sering jutek dan marah-marah tak jelas pada teman-temanku.

Tapi Tuhan sayang aku, Ia memberi aku waktu lebih lama untuk ada disamping orang-orang yang kusayangi. Saat-saat terakhirku kuhabiskan bersama keluarga juga teman-temanku. Tak hentinya mereka memberiku semangat, tanpa pernah sekalipun memandangku dengan rasa kasihan. Aku hanya bisa meminta maaf pada mereka semua, atas kesalahanku.


Sampai saat ini-saat aku menulis ini- yang aku rasa ini detik menuju penjemputanku oleh malaikat pencabut nyawa, aku sudah ikhlas seikhlas-ikhlasnya untuk meninggalkan mereka, karena sesudah ini kita akan sama-sama bahagia,
kalian bahagia karena telah mengenalku, dan aku bahagia telah mengenal kalian.
Terima kasih atas segalanya, ingatlah semua waktu terbaik yang kita miliki.


Untuk teman-temanku,

jangan bosan kirimi aku doa, dan mainlah sesekali ke makamku. Aku mau, ibuku kalian anggap seperti ibu kalian sendiri. Kalau kalian kangen aku, boleh kok kalian main ke kamarku. Terimakasih kalian sudah menjadi sahabat terbaiku selama ini.



Untuk keluargaku,

hanya terimakasih sebesar-besarnya yang bisa kuucapkan, aku tak sempat membuat kalian bangga dengan gelar S1 yang belum sempat kuraih, jangan sedih karena aku pergi lebih dulu, aku sudah bahagia..



Untuk mantan pacarku,

belum sempat aku memberitahumu tentang semua ini, maaf. Aku sayang kamu, sampai aku mati aku akan tetap sayang padamu.
Terimakasih atas cinta yang kau berikan. Aku pamit untuk tak kembali lagi. Jangan sedih ya, berjanjilah padaku.


Selamat tinggal,
aku senang masih bisa menulis ini untuk kalian...
Aku sayang kalian :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar