Ketika aku hendak menamatkan kuliahku, 1 tahun lagi paling tidak,
aku merasa putus asa yang amat sangat.
Bagaimana tidak, aku sakit.
Gejala awal hanyalah sakit kepala biasa-aku pikir begitu- minum obat pun sembuh. Kemudian mulai menyerang bagian belakang kepalaku, rasanya sakit minta ampun. Lalu, sekali waktu aku pernah muntah dan kejang, kala itu aku mulai merasa aneh. Rambutku rontok, dan itu bukan karena aku ganti-ganti merk shampoo.
Pergilah aku ke dokter, ku minta ibu menemaniku. Ternyata hasilnya positif.
Aku mengidap tumor otak stadium 3. Ibuku menangis, aku pun menangis.
Saran terbaik dari dokter adalah operasi, karena umurku tak lebih dari 5 bulan lagi. Tapi untuk apalah, toh akhirnya aku juga akan mati.
Disini aku mulai putus asa, marah pada diri sendiri, dan sempat menutup diri.
Aku memutuskan pacarku, dengan alasan yang kurang masuk akal, aku tak ingin dia sedih atau kasihan padaku. Aku frustasi, ingin rasanya mati lebih cepat saja. Aku mulai merasa jenuh, sering jutek dan marah-marah tak jelas pada teman-temanku.
Tapi Tuhan sayang aku, Ia memberi aku waktu lebih lama untuk ada disamping orang-orang yang kusayangi. Saat-saat terakhirku kuhabiskan bersama keluarga juga teman-temanku. Tak hentinya mereka memberiku semangat, tanpa pernah sekalipun memandangku dengan rasa kasihan. Aku hanya bisa meminta maaf pada mereka semua, atas kesalahanku.
Sampai saat ini-saat aku menulis ini- yang aku rasa ini detik menuju penjemputanku oleh malaikat pencabut nyawa, aku sudah ikhlas seikhlas-ikhlasnya untuk meninggalkan mereka, karena sesudah ini kita akan sama-sama bahagia,
kalian bahagia karena telah mengenalku, dan aku bahagia telah mengenal kalian.
Terima kasih atas segalanya, ingatlah semua waktu terbaik yang kita miliki.
Untuk teman-temanku,
jangan bosan kirimi aku doa, dan mainlah sesekali ke makamku. Aku mau, ibuku kalian anggap seperti ibu kalian sendiri. Kalau kalian kangen aku, boleh kok kalian main ke kamarku. Terimakasih kalian sudah menjadi sahabat terbaiku selama ini.
Untuk keluargaku,
hanya terimakasih sebesar-besarnya yang bisa kuucapkan, aku tak sempat membuat kalian bangga dengan gelar S1 yang belum sempat kuraih, jangan sedih karena aku pergi lebih dulu, aku sudah bahagia..
Untuk mantan pacarku,
belum sempat aku memberitahumu tentang semua ini, maaf. Aku sayang kamu, sampai aku mati aku akan tetap sayang padamu.
Terimakasih atas cinta yang kau berikan. Aku pamit untuk tak kembali lagi. Jangan sedih ya, berjanjilah padaku.
Selamat tinggal,
aku senang masih bisa menulis ini untuk kalian...
Aku sayang kalian :)
Dania Dalam Berita
ini merupakan tulisan sederhana dari hidup manusia, nikmati dan kritisi...
Sabtu, 12 Februari 2011
Sabtu, 05 Februari 2011
2 Februari 2011
Dua tahun sudah
tak terlihat keadaan berubah signifikan
sekalipun ada, tetap tangis yang meraja
Semua berlalu sangat cepat, hingga tak sadar hatiku telah membeku
telah dicoba dipahat,
pakai batu-gagal
pakai pisau-gagal
pakai palu-gagal
tak kunjung hancur jua...
Aku kehilangan separuhnya,
bukan hanya hatiku-tapi hidupku
kehilangan jiwa
yang selama ini bersenyawa bersama
Kehilangan kamu-yang adalah sebagian dari ragaku
kehilangan kamu-yang adalah sepadan mendampingiku
kehilangan kamu-yang adalah cinta yang tak tergantikan
Tapi, ketika Tuhan mengijinkan kita bertatap dalam waktu yang lama,
semuanya mengalir
membuka harapan dan menutup kesakitan..
Aku sangat bersyukur,
punya kamu, dan pernah punya kamu
punya rasa sayang yang tak terhingga
yang takkan habis kuberikan untukmu
Ketika ku terbangun dan melihatmu disampingku,
air mataku meleleh tanpa diminta
aku gemetar, tapi aku bahagia
aku masih bisa membelaimu
masih bisa mencium aroma tubuhmu
Jangan lagi merendah, juga merasa bersalah
aku baik-baik saja
betapa beruntungnya aku,
Tuhan memberiku orang sepertimu
Aku masih punya sisa 3 tahun lebih,
akan kubuat indah,
untuk kita...
Tetap jaga rasa itu
simpan baik-baik dihatimu
tunggu sampai semuanya tepat, pada saatnya
kita tak lagi dipisahkan...
Jangan sia-siakan lagi asaku
aku percaya kamu
Baik-baik disana selama aku tak ada
jangan nakal,
belajar buka hati dan pikiran..
Siaplah untuk menyusun jutaan kebahagiaan
merangkai semuanya lagi dari nol,
untuk kita...
Selamat ulang tahun, sayang...
aku doakan yang terbaik untukmu, selalu...
percayalah
aku akan selalu ada untukmu...
Aku,
wanita yang masih akan selalu menyayangimu,
berharap bintang itu tetap bersinar dan tetap milik kita...
tak terlihat keadaan berubah signifikan
sekalipun ada, tetap tangis yang meraja
Semua berlalu sangat cepat, hingga tak sadar hatiku telah membeku
telah dicoba dipahat,
pakai batu-gagal
pakai pisau-gagal
pakai palu-gagal
tak kunjung hancur jua...
Aku kehilangan separuhnya,
bukan hanya hatiku-tapi hidupku
kehilangan jiwa
yang selama ini bersenyawa bersama
Kehilangan kamu-yang adalah sebagian dari ragaku
kehilangan kamu-yang adalah sepadan mendampingiku
kehilangan kamu-yang adalah cinta yang tak tergantikan
Tapi, ketika Tuhan mengijinkan kita bertatap dalam waktu yang lama,
semuanya mengalir
membuka harapan dan menutup kesakitan..
Aku sangat bersyukur,
punya kamu, dan pernah punya kamu
punya rasa sayang yang tak terhingga
yang takkan habis kuberikan untukmu
Ketika ku terbangun dan melihatmu disampingku,
air mataku meleleh tanpa diminta
aku gemetar, tapi aku bahagia
aku masih bisa membelaimu
masih bisa mencium aroma tubuhmu
Jangan lagi merendah, juga merasa bersalah
aku baik-baik saja
betapa beruntungnya aku,
Tuhan memberiku orang sepertimu
Aku masih punya sisa 3 tahun lebih,
akan kubuat indah,
untuk kita...
Tetap jaga rasa itu
simpan baik-baik dihatimu
tunggu sampai semuanya tepat, pada saatnya
kita tak lagi dipisahkan...
Jangan sia-siakan lagi asaku
aku percaya kamu
Baik-baik disana selama aku tak ada
jangan nakal,
belajar buka hati dan pikiran..
Siaplah untuk menyusun jutaan kebahagiaan
merangkai semuanya lagi dari nol,
untuk kita...
Selamat ulang tahun, sayang...
aku doakan yang terbaik untukmu, selalu...
percayalah
aku akan selalu ada untukmu...
Aku,
wanita yang masih akan selalu menyayangimu,
berharap bintang itu tetap bersinar dan tetap milik kita...
Senin, 24 Januari 2011
Senja
Senja...
Tepat di ke sepuluh kalinya
ingatanku tajam dan memutar memori
Baru kemarin bukan, kau melempar senyum padaku dan membelikanku makanan ringan?
Ahh...
Tentu saja tidak,
dikala itu kau menomor satukan aku
Tapi,
baru kemarin bukan, kau memintaku untuk terus disampingmu?
Ketika aku sendiri goyah dan merasa minder
sampai aku percaya dan yakin
Senja...
Dikala memerah dan menua
Aku tak menggantimu dengan apapun
Menempatkanmu di hati sekalipun sudah berantakan
Tepat di ke sepuluh kalinya
ingatanku tajam dan memutar memori
Baru kemarin bukan, kau melempar senyum padaku dan membelikanku makanan ringan?
Ahh...
Tentu saja tidak,
dikala itu kau menomor satukan aku
Tapi,
baru kemarin bukan, kau memintaku untuk terus disampingmu?
Ketika aku sendiri goyah dan merasa minder
sampai aku percaya dan yakin
Senja...
Dikala memerah dan menua
Aku tak menggantimu dengan apapun
Menempatkanmu di hati sekalipun sudah berantakan
Minggu, 23 Januari 2011
Satu Untuk Satu Tahun
Hampir saja terlambat, sebelum genap di lembaran tiga ratus enam puluh lima kesendirian,
pernyataan sesal meluncur tanpa dosa
Hendak memperbaiki diri, atau menghindari jampi-jampi?
Berpikir (hanya untuk) sendiri...
Percuma bertampang seperti itu, karena cacat di topengmu,
yang memang sebagaimana seharusnya-CACAT,
tak akan pernah hilang...
Disaat aku menginjak angka satu nanti,
kuminta pada Tuhan, perbaiki akhlak dan hidupmu, tentu juga hidupku
peliharalah kami dari siksa neraka dan kubur
Terakhir,
ku selalu meminta, untuk tetap didekatkan dengan Tuan, walau itu jauh,
walau itu bersimbah keluh...
pernyataan sesal meluncur tanpa dosa
Hendak memperbaiki diri, atau menghindari jampi-jampi?
Berpikir (hanya untuk) sendiri...
Percuma bertampang seperti itu, karena cacat di topengmu,
yang memang sebagaimana seharusnya-CACAT,
tak akan pernah hilang...
Disaat aku menginjak angka satu nanti,
kuminta pada Tuhan, perbaiki akhlak dan hidupmu, tentu juga hidupku
peliharalah kami dari siksa neraka dan kubur
Terakhir,
ku selalu meminta, untuk tetap didekatkan dengan Tuan, walau itu jauh,
walau itu bersimbah keluh...
Introspeksi
Ketika surga menolak mu mentah-mentah dan
neraka pun enggan dijamah
tak ada lagi gunanya air mata
juga harap dimaafkan
Bohong,
yang kata mu ingin perbaiki diri
perbaiki ini
Dusta,
yang kata mu menyesal dan merasa bersalah
Aku selalu meminta agar Tuhan tak memberi kesakitan seperti ku
agar kau terampuni
terlepas dari sumpah serapah
Bukannya beranjak, kau malah terinjak atas kesalahan yang sama
tak pernah belajar untuk bangkit
Tak usahlah kau menggerutu, tak pantas
adanya aku yang seperti itu, kesal atas kebebalan mu
Tak perlulah kau menghindar, tak pantas
adanya aku yang seperti itu, muak akan tingkah mu
Mulailah buka pikiran, hati dan diri
bukan untuk menerima orang lain, tapi pelajari diri sendiri
belajar empati dan menghargai
Teruntuk Tuan, yang ada di lingkaran setan
neraka pun enggan dijamah
tak ada lagi gunanya air mata
juga harap dimaafkan
Bohong,
yang kata mu ingin perbaiki diri
perbaiki ini
Dusta,
yang kata mu menyesal dan merasa bersalah
Aku selalu meminta agar Tuhan tak memberi kesakitan seperti ku
agar kau terampuni
terlepas dari sumpah serapah
Bukannya beranjak, kau malah terinjak atas kesalahan yang sama
tak pernah belajar untuk bangkit
Tak usahlah kau menggerutu, tak pantas
adanya aku yang seperti itu, kesal atas kebebalan mu
Tak perlulah kau menghindar, tak pantas
adanya aku yang seperti itu, muak akan tingkah mu
Mulailah buka pikiran, hati dan diri
bukan untuk menerima orang lain, tapi pelajari diri sendiri
belajar empati dan menghargai
Teruntuk Tuan, yang ada di lingkaran setan
Sabtu, 23 Oktober 2010
Keliru
Diambilnya sebuah pisau,
ia tancapkan tepat di dadanya
merobek perlahan membiarkan darah membanjiri tubuhnya
Ditunjukannya tempat seharusnya ada hati yang utuh,
tapi bukan itu
yang aku lihat hanya pecahannya pula berwarna hitam
Jantungnya pun seoalah enggan berdetak,
ingin cepat beristirahat
Aku tak tahu harus apa,
karena aku memang tak ingin tahu tentangnya
Tak ada urusan mengobati atau sekedar berbelas kasih
Membiarkannya hancur perlahan,
kemudian puas tertawa
Tapi tunggu,
ketika berkaca tanganku merah dan mukaku pucat pasi-seperti hendak mati
Lalu dibelakangku ada yang tertawa renyah sekali...
Aku bukan aku,
dan kau bukan kau,
ternyata begitu
semuanya seperti itu, bukan seperti seharusnya...
ia tancapkan tepat di dadanya
merobek perlahan membiarkan darah membanjiri tubuhnya
Ditunjukannya tempat seharusnya ada hati yang utuh,
tapi bukan itu
yang aku lihat hanya pecahannya pula berwarna hitam
Jantungnya pun seoalah enggan berdetak,
ingin cepat beristirahat
Aku tak tahu harus apa,
karena aku memang tak ingin tahu tentangnya
Tak ada urusan mengobati atau sekedar berbelas kasih
Membiarkannya hancur perlahan,
kemudian puas tertawa
Tapi tunggu,
ketika berkaca tanganku merah dan mukaku pucat pasi-seperti hendak mati
Lalu dibelakangku ada yang tertawa renyah sekali...
Aku bukan aku,
dan kau bukan kau,
ternyata begitu
semuanya seperti itu, bukan seperti seharusnya...
Selasa, 19 Oktober 2010
Terbalik
Katanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya tak baik-baik saja.
Katanya aku akan mengerti, tapi nyatanya dia sama sekali tak mengerti.
Katanya aku yang harus melepas, nyatanya dia yang kesusahan.
Katanya aku tak pantas dicintai, nyatanya dia yang tak pantas kucintai.
Katanya tak berniat menyakiti, nyatanya melebihi.
Katanya aku salah, nyatanya aku tak bersalah.
Katanya berakhir, nyatanya dibawa mati.
Katanya aku akan mengerti, tapi nyatanya dia sama sekali tak mengerti.
Katanya aku yang harus melepas, nyatanya dia yang kesusahan.
Katanya aku tak pantas dicintai, nyatanya dia yang tak pantas kucintai.
Katanya tak berniat menyakiti, nyatanya melebihi.
Katanya aku salah, nyatanya aku tak bersalah.
Katanya berakhir, nyatanya dibawa mati.
Langganan:
Postingan (Atom)